MAKASSAR – SETELAH 11 tahun tidak digelar, akhirnya Minggu 2 Februari 2025, dalam rangka Tahun Baru Imlek dan perayaan Cap Go Meh, masyarakat Tionghoa mengelar arak-arakan Dewa yang diikuti 12 klenteng, viara dan cetiya di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Arak-arakan yang juga mempertunjukkan kebudayaan Tionghoa, seperti barongsai, dimulai di Jalan Sangir, dan berakhir di Jalan Sulawesi Makassar, yang merupakan kawasan Pecinan, sehingga jadi tontonan masyarakat sekitar.
Kegiatan ini diprakarsai oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sulsel dan dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, termasuk Kapolda Sulsel, Kasdam Hasanuddin, Danlantamal Makassar, perwakilan Kejati Sulsel, Sekda Sulsel, serta perwakilan Wali Kota Makassar, dan berbagai unsur perbankan serta organisasi lainnya.
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Prof Fadjry Djufry mengungkapkan rasa bangganya melihat antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap acara ini. “Ini menunjukkan bahwa budaya Sulawesi Selatan menjunjung tinggi kebersamaan dalam keberagaman, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Ia pun menegaskan bahwa Pemprov Sulsel memberikan dukungan penuh terhadap acara ini sebagai bagian dari budaya yang telah mengakar di Sulsel.
“Kita memiliki beragam budaya dan etnis yang telah hidup berdampingan dalam harmoni di bawah semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Saya menyambut baik acara ini dan berharap dapat menjadi agenda tahunan sebagai bagian dari identitas kita semua,” tambahnya.
Prof Fadjry juga menyatakan bahwa dukungan terhadap acara ini lebih besar dibandingkan dengan kegiatan serupa yang pernah ia hadiri di Singkawang, menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pelestarian budaya.
Ketua Walubi Sulsel, Henry Sumitomo, menjelaskan bahwa rangkaian acara berbagi kebahagiaan tahun ini terdiri dari dua agenda utama: arak-arakan dewa yang berlangsung hari ini, dan pesta rakyat yang akan digelar pada Rabu, 12 Februari 2025.
Dengan tema “Kebersamaan dalam Keberagaman Menuju Generasi Emas 2045”, kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat nilai keberagaman di Kota Makassar.
“Kami ingin mengingatkan bahwa keberagaman adalah bagian dari kehidupan masyarakat Makassar. Walubi berkomitmen untuk terus melestarikan budaya Tionghoa yang telah menjadi bagian dari kekayaan budaya Nusantara,” jelas Henry.
Ia juga menambahkan bahwa peserta arak-arakan tidak hanya berasal dari Makassar, tetapi juga dari Galesong (Takalar) dan Kota Parepare. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat, diharapkan acara ini dapat terus berlangsung sebagai bagian dari warisan budaya Sulsel yang kaya dan harmonis. []