MAKASSAR – WAKIL Presiden ke-10 dan ke-12, HM Jusuf Kalla (JK), mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya insinyur di Indonesia yang belum mendapatkan pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh situasi ekonomi dunia yang tidak menentu.
Dalam acara wisuda Universitas Hasanuddin (Unhas) pada Selasa 3 Juni 2025, JK menjelaskan bahwa meskipun banyak perusahaan beroperasi di Indonesia, tidak semua dari mereka membuka lapangan pekerjaan.
JK memberikan contoh dari perusahaan yang dimilikinya, yang hanya membuka lowongan untuk 20 insinyur pada proyek-proyek tertentu, sementara jumlah pelamar mencapai 23 ribu orang. “Artinya, banyak insinyur yang telah mendapatkan pendidikan, tetapi masih kesulitan mendapatkan pekerjaan akibat situasi ekonomi global yang tidak menentu,” ungkapnya.
Dia juga menyoroti insiden viral yang terjadi di job fair yang diselenggarakan oleh Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Selasa (27/5) lalu. Ketersediaan lapangan kerja di Indonesia masih sangat terbatas, dan hal ini terlihat jelas ketika diperkirakan hanya 2.000 orang yang akan hadir, namun yang datang mencapai 25 ribu orang, menyebabkan kericuhan yang luar biasa.
“Kita lihat di televisi saat job fair, banyak orang yang mencari pekerjaan, tetapi lapangan kerja sangat terbatas,” ujarnya. JK menjelaskan bahwa ketidakpastian ekonomi global, yang dipicu oleh konflik di Eropa, Palestina, dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China, semakin memperburuk kondisi perekonomian.
“Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di Amerika, Eropa, dan Asia. Kita harus siap menghadapi situasi yang tidak menguntungkan ini. Jika kita tidak melewati masa sulit ini, maka kita tidak akan pernah mencapai situasi yang lebih baik,” jelasnya.
JK menambahkan bahwa konflik-konflik di dunia akan terus berdampak pada perekonomian, termasuk di Indonesia. Hal ini menyebabkan kehidupan semakin sulit dan harga komoditas seperti batu bara, nikel, dan sawit mengalami penurunan.
“Akibatnya, ekonomi bangsa menurun, dan kemampuan negara untuk membangun semakin kecil. Pemerintah menyebutnya efisiensi; anggaran untuk Pekerjaan Umum yang dulunya sebesar Rp 150 triliun kini tinggal Rp 28 triliun. Kita akan menghadapi jalan-jalan yang rusak di tahun-tahun mendatang, serta sistem pengairan yang tidak berjalan baik di daerah dan kota,” pungkasnya.
Pernyataan JK ini menjadi pengingat akan tantangan yang dihadapi oleh para insinyur dan pencari kerja di Indonesia, serta perlunya langkah strategis untuk mengatasi ketidakpastian ekonomi global yang berdampak pada lapangan pekerjaan. []