Tangguh dan Adaptif, Menjadi Penopang Ekonomi Daerah di Tengah Ketidakpastian Global

Sektor Jasa Keuangan di Sulampua

MAKASSAR – KANTOR OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat mengungkapkan bahwa kinerja sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) tetap tangguh dan berperan aktif dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah, meskipun di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Ketidakpastian ini tercermin dari revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB global menjadi 3,1 persen pada tahun 2025 dan 3 persen pada 2026.

Hal ini menurut Kepala Kantor OJK Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Moch Muchlasin, dipengaruhi oleh hambatan perdagangan yang meningkat, ketidakpastian kebijakan, serta risiko geopolitik yang semakin meningkat.

Namun, di tengah tantangan global ini, sektor jasa keuangan di Sulampua menunjukkan pertumbuhan yang positif dan adaptif. Sektor ini berfungsi sebagai penggerak utama dalam mendorong pembiayaan produktif, memperluas inklusi keuangan, dan menjaga stabilitas ekonomi regional.

Kinerja intermediasi perbankan di Sulampua menunjukkan daya tahan yang mengesankan. Pada Februari 2025, kredit perbankan tumbuh sebesar 7,05 persen (yoy), sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 3,86 persen (yoy).

“Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK menunjukkan bahwa perbankan tetap menjalankan fungsi intermediasinya secara optimal, terutama dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor riil untuk mendorong aktivitas perekonomian daerah,” ungkap Muchlisin.

Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) Sulampua yang mencapai 130,54 persen menunjukkan bahwa sebagian besar pembiayaan yang disalurkan oleh sektor perbankan berasal dari pendanaan luar daerah, mencerminkan kepercayaan industri keuangan nasional terhadap potensi ekonomi kawasan ini. Meskipun fungsi intermediasi yang tinggi, rasio non-performing loan (NPL) tetap terjaga di level 2,45 persen.

Secara nominal, penyaluran kredit di Sulampua mencapai Rp434,24 triliun, dengan kredit konsumtif sebesar Rp220,99 triliun, sedikit lebih tinggi dibandingkan kredit produktif yang mencapai Rp213,24 triliun. DPK di Sulampua didominasi oleh portofolio tabungan senilai Rp198,94 triliun, diikuti oleh deposito sebesar Rp67,02 triliun dan giro sebesar Rp66,69 triliun.

Di sektor pasar modal, pertumbuhan Single Investor Identification (SID) di Sulampua menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 26,21 persen (yoy), mencapai 1.009.595 SID pada Februari 2025. Peningkatan partisipasi investor ini didorong oleh kegiatan edukasi pasar modal yang masif, dilakukan secara kolaboratif antara OJK, Bursa Efek Indonesia, perusahaan sekuritas, perguruan tinggi, dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD).

“Dalam menghadapi kondisi pasar yang fluktuatif, OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) merespons dengan cepat melalui sejumlah kebijakan untuk menjaga kepercayaan investor dan mendukung kelangsungan perdagangan saham yang sehat,” lanjut Muchlisin.

Sementara untuk Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Sulampua juga menunjukkan kinerja positif. Pada Februari 2025, total aset dana pensiun tumbuh sebesar 4,46 persen, mencapai Rp3,76 triliun. Outstanding penjaminan pada perusahaan penjaminan tumbuh sebesar 28,25 persen, mencapai Rp957 miliar, sementara total piutang perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 8,25 persen menjadi Rp52,41 triliun. Namun, terdapat kontraksi pada pembiayaan modal ventura sebesar -9,10 persen.

Pinjaman yang disalurkan oleh perusahaan pergadaian tumbuh sebesar 27,59 persen, mencapai Rp17,61 triliun, dan outstanding pembiayaan pada fintech peer-to-peer lending tumbuh sebesar 64,50 persen, mencapai Rp5,2 triliun pada Januari 2025.

“Sejalan dengan perkembangan sektor jasa keuangan di Sulampua, kinerja sektor jasa keuangan di Sulawesi Selatan juga tetap tumbuh dan terjaga stabil. Pada Februari 2025, total aset perbankan tumbuh sebesar 5,44 persen (yoy), mencapai Rp201,34 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 6,19 persen (yoy) dengan nominal mencapai Rp135,06 triliun. DPK di Provinsi Sulawesi Selatan didominasi oleh tabungan, yang menyumbang 58,87 persen dari total DPK,” urainya.

Kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Selatan juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, tumbuh sebesar 4,39 persen (yoy) dengan total mencapai Rp165,03 triliun. Penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit produktif, yang menyumbang 54,01 persen, namun pertumbuhan kredit didorong oleh kredit konsumtif yang meningkat sebesar 9,75 persen. Sektor perdagangan besar dan eceran menjadi sektor dengan porsi terbesar dalam penyaluran kredit, mencapai 23,15 persen.

Kinerja intermediasi perbankan di Sulawesi Selatan tetap terjaga dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencapai 124,45 persen, sementara tingkat rasio kredit bermasalah berada di level 2,89 persen. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *